Powered by Blogger.
RSS

Semesta Kita


Dimensi paralel. Semesta alternatif. Pernahkah kau mendengar istilah semacam itu?
Orang-orang berkata, dunia yang kita jalani saat ini bukan satu-satunya dunia yang ada. Terdapat dunia lain yang berisikan orang-orang yang sama namun dengan kisah dan jalan hidup berbeda. Aku tak tahu apakah itu benar ataukah itu hanya sebuah cara manusia untuk membuat harapan palsu atas ketidakberhasilan hidupnya. Aku sungguh tak tahu. Namun, saat aku menatap matamu hari itu, aku mulai berpikir dengan hal-hal yang dikatakan orang tersebut. Benarkah ‘kita yang lain’ punya jalan hidup yang berbeda dengan ‘kita yang ini’ Vey?
Tentu kau ingat masa dua puluh tahun yang lalu ketika kita duduk bersama di sebuah kedai kopi. Tidak bersebelahan seperti pasangan-pasangan lain yang ada di kedai kopi itu saat itu, namun hanya berhadapan. Tetapi aku sangat senang sekali, Vey, kamu mau datang memenuhi undanganku untuk minum bersama.
Ah, tak sekedar minum bersama sebenarnya. Aku berharap lebih dari itu. Aku berharap kau melakukan sebuah hal yang sangat besar. Hal itu adalah merubah keputusanmu.
Setelah setengah jam mengaduk-aduk gula di teh-mu yang sebenarnya telah larut sejak tadi -sementara aku terus menatapmu tak bergeming- kau akhirnya mulai bicara,”Kau gila,” dua kata yang keluar dari bibirmu.
Aku bingung mau bereaksi bagaimana, Vey.
“Kau gila, Wan. Kamu gila… dan juga bodoh,” katamu lagi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

let's grow old together

pada akhirnya kita hanya mencari seseorang yang suatu hari akan kita ajak duduk bersama di dekat jendela sambil menatapi rintik hujan dengan tangan keriput yg saling bergenggaman 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pause

Kamu tahu saat semesta terhenti?

Saat bunyi hujan yang turun seolah terbang menjauhi gendang telinga namun suara desisnya masih saja terdengar

Saat aku membenamkan wajah ke dalam peluk dan membiarkan benang-benang wol menghangatkan pori-pori wajahku

Dan ketika itu aku dapat mendengar dengan jelas suara detak jantung di hadapan dahiku

Dan seolah-olah aku tidak akan pernah merasakan kekhawatiran lagi

Sayangnya itu bukan kamu -yang telah pergi

Sayangnya itu bukan kamu -yang ketika mengingatnya- membuat sembilu di hati terasa makin nyeri

Namun izinkanlah sejenak aku berharap kalau itu adalah kamu

Kamu kembali

Dan dalam keheningan kita nikmati bisikan hujan

Bersama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Silakan mengisi buku tamu :)