Powered by Blogger.
RSS

Pukul Enam Tiga Puluh Kurang Satu [Sebuah Fiksimini]

ilustrasi  foto dari: hollywoodharirlossclinic.com
Kamu dan jaket hitammu selalu lewat di depanku setiap pagi dan sore pukul lima tiga puluh kurang satu.

Dan setiap hari pula kamu dan jaket hitammu itu hanya lewat di depanku senyum-senyum sebentar kemudian berlalu. Tidakkah kau tahu atau mencoba tahu bahwa aku setiap hari berdiri di sini seperti patung perunggu hanya untuk menunggumu lewat di depanku?


Kamu dan jaket hitammu setiap hari hanya lewat sembari sekilas menatapku dan tersenyum-senyum malu. Apa sebenarnya maksudmu berbuat seperti itu? Kenapa tidak mencoba mampir dan bicara langsung denganku? Kenapa hanya menatapku sekilas seperti itu?

Aku tahu kamu menyukaiku. Tapi aku benci dengan caramu itu. Sok-sok malu tapi mau. Matamu menyiratkan sesuatu namun kaki-kakimu yang jenjang itu selalu sigap membawamu melaju. 

Waktu berlalu, setiap harinya dua kali "enam tiga puluh kurang satu" kau lewat dan hanya menaburi sembilu di hadapanku.... 

Hingga sore itu, ya sore itu pukul enam tiga puluh kurang satu, kau akhirnya memutuskan untuk singgah lalu menegur Ibu yang sedang berada di halaman dan menyapu. Semoga kulitku tidak berubah jadi merah jambu. 

"Permisi, Bu," katamu.

"Iya, Nak, ada yang bisa dibantu?" sambut Ibu.

"Saya nge-kost di dekat sini, Bu. Kalau boleh mau meminta satu mangga Ibu yang sedang berbuah itu...."

"Oh iya, ambil aja, Nak. Kalau perlu sama pohon-pohonnya sekalian, hehehe."

"Ya bawa aku, bawa aku, tanam aku di kebun terindah di hatimu...,"kataku dari balik kulit yang tertutup kayu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment

Silakan berikan komentar Anda mengenai postingan ini, terima kasih :)

Silakan mengisi buku tamu :)